Oke yorobun.... comeback to our stories....about curhatan mini konser...
Kalau kemarin ceritanya dengan berbagai teori, sekarang saya mau cerita proses nya aja deh.... Persembahan 'Blood, Sweat, and Tears' ala SD5 Peucang Cibom.
Nah, biar agak enakan dikit, saya ceritainnya per-kelompok aja ya...
Tim Penullis Naskah
Sarah dan Asya mengumpulkan ide
dari teman-teman kelasnya dan kemudian menyeleksinya. Mereka membuat naskah sampai benar-benar ok dan siap edar itu sekitar 2 pekan, didampingi oleh Bu Meta. Awalnya mereka membuat kerangka cerita lalu melanjutkannya sampai detail percakapan dan deskripsi
latar cerita. Tim penulis naskah sempat mengalami writing block. Mereka berdua bingung
harus nulis apa lagi. Dengan cerita yang begitu luas, mereka berusaha mengatur
cerita hingga bisa berdurasi 15 menit saat pementasan. Turut mengarahkan
cerita, Sarah dan Asya juga ikut rekaman sebagai narrator di drama musical SD5
PeCi.
Tim Komposer
Azaela, Dylan, dan Fakhri itu
suka bikin lagu dan nyanyi-nyanyi sendiri, walau jarang keliatan tapi
berdasarkan pengakuan salah satu dari mereka, “kalo dirumah lagi sendiri aku
suka nyanyi dan bikin lagu sendiri”. Dan hobi mereka lumayan nyambung lah
dengan tugas mereka disini, yaitu memilihkan lagu yang akan dipentaskan saat
mini konser.
Di setiap scene naskah, mereka menuliskan lagu/suara apa yang
cocok untuk menggambarkan suasana. Sampai bunyi kokok ayam dan bunyi hp pun
disampaikan dengan rinci oleh mereka. Tim ini didampingi oleh Bu Sarah. Kalo
fasilnya ini belum ok ngasih efek suara di file latihan mereka, mereka akan
protes, “Bu, ini kurang lama suaranya.” “Bu, ini suaranya gak kedengeran” “Bu,
suara HPnya mana?”… Ya… alhasil fasilnya cuma bisa elus dada. Meskipun kalo
udah mentok gitu, ya gitu aja. *curhat*terbatas durasi*
Tim Koreografer
Tim yang terdiri dari Rofiah dan
Zuhair ini, sudah membuat gerakan koreografi sebelum lagu hasil studio rilis.
Dengan bermodalkan rekaman suara seadanya, mereka membuat gerakan yang pas
untuk lagu Cuaca dan Iklim serta lagu Balon udara. Mereka berdua juga
mengajarkan gerakan itu kepada teman-temannya bersama dengan Bu Sarah. Zuhair
ini, meskipun sempet ogah-ogahan tampil didepan teman-temannya, tapi dia kalo
udah bikin gerakan semangat banget deh.
Dan pada akhirnya, untuk
meramaikan panggung… tim koreografer, tim komposer dan tim penulis naskah yang saat itu tugasnya
sudah selesai, menjadi dancer, bersama para aktor dan aktris lainnya.
Tim Properti dan Penata Panggung
Dua tim ini tidak bisa
dipisahkan. Karena keduanya saling berkesinambungan. Tim properti bertugas membuat
properti yang pas sesuai dengan kebutuhan panggung per-scene-nya. Tim penata panggung tugasnya adalah menata properti yang
sudah dibuat sesuai kebutuhan panggung per-scene-nya.
Saling berkesinambungan bukan? Tidak jarang, tim penata panggung membantu tim
properti untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Maka dari itu, tim yang
didampingi oleh Pak Jundi ini tidak bisa terpisahkan. Kecuali dalam beberapa
latihan, Iky, Rizky, Nafi, Azzam, dan Rafi Nur sebagai penata panggung akan
ikut mengamati kondisi panggung, menentukan peletakan properti. Selanjutnya mereka
akan menginformasikan kepada tim properti, apa-apa saja yang perlu dibuat, dan
diperlukan berapa banyak. Sedangkan Hamizan, Nafis, Sulthan, Farras, dan Hilwa
sebagai tim properti akan fokus membuat dan mendesain propertinya.
Walaupun seiring berjalannya
waktu, semua tim ikutan juga membantu pengerjaan properti yang lumayan banyak
itu.
Tim Makeup Artist
Biasanya tim ini akan diminati
oleh para girls. Namun, berbeda dengan di SD5 Peucang-Cibom ini. Bahkan fasil
pendampingnya pun Pak Fachri (bapak-bapak nih, keren kan). Sebagai tim makeup,
Uta, Najla, Aragorn, Fawwaz, dan Haidar bertugas untuk memilihkan kostum untuk
para aktor/aktris dan menyediakannya. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, nama tim
ini lebih cocok dengan nama Tim Kostum, tapi mereka lebih suka dengan nama
Makeup artist. Mungkin lebih menjual kali ya…. Mereka memilihkan dan
menyocokkan kostum sesuai dengan scene yang ada pada naskah. Tugasnya memang
tidak membutuhkan waktu lama sih. Maka dari itu, setelah selesai dengan
tugasnya, mereka ikut membantu tim properti (juga).
Sutradara
Anak ajaib yang satu ini (bc:
Rakha) berani-beraninya jadi sutradara. Hehehe…. Apa sih tugas dia selama ini? Dengan bimbingan Pak Fachri, Rakha bertugas memantau, memimpin rapat, mengarahkan
dan memberi masukan. Meskipun di setiap gerak-geriknya selalu nanya “abis ini
apa pak?”, “ini gimana pak?” tapi disanalah terlihat sosok leader yang selalu ingin belajar. Kalau gak tau, ya nanya. Intinya mah
gitu. Sutradara ini kadang rangkap jadi properti, jadi penata panggung, jadi
tim make up, jadi penulis naskah, kadang nimbrung juga pas latihan aktor/aktris
dan koreografi. Dia menclok dimana-mana.
Kadang pas latihan panggung, dia
ikut megangin properti di atas panggung. Sampai saya tuh suka gemes, “Ka, kamu
kan tugasnya ngatur mereka di belakang panggung, ngapain ikutan naik
panggung….?” Dan dia cuma nyengir aja.
Walaupun ini anak keliatan cuek,
tapi pas gladi dan pementasan, dia beneran keliatan banget kepemimpinannya sebagai sutradara.
Dia dengan sibuknya mengatur teman-temannya. Kapan masuk, kapan keluar, apa
yang harus temannya lakukan di depan dan di belakang panggung.
Sampai salah seorang fasil nanya
sama saya, “Itu Rakha sibuk bener bu, memangnya tugasnya apa sih?”. “Dia kan
sutradara bu, emang begitu dia kerjaannya.” Dan fasil tersebut kagum. “Oh dia
sutradara… pantes aja…” katanya gitu.
Gak sedikit anak yang kena
semprot bapak sutradara yang satu ini. Sampai dia ngadu sama fasilitatornya.
“Pusing Pak ngurusin mereka. Pada susah diatur…” Kita yang jadi fasilnya cuma
bisa senyum-senyum aja. Kan… gitu tuh
aslinya temen-temen kamu… *ini ngomongnya dalem hati aja, gak bilang-bilang
sama dia, padahal dia juga kadang suka susah diatur* Ketawa jahat* guru macam
apa kamu yu*
Tim Aktor/Aktris
Ini nih, tim yang paling dikenal
sejagat raya. Secara siiiih, Mutia, Yusuf, Rara, Nailah, Dylan, Keyza, & Zahra ini, banyak keliatan di atas panggung. Maisha,
Nadiyah, dan Khoulah apalagi, karena mereka adalah pemeran utama di drama
musikal punyanya SD 5 Peucang Cibom. Yang memilih mereka menjadi pemeran utama
tentu saja sang penulis naskah. Tadinya, Nailah dipilih sebagai pemeran utama,
tapi karena satu dan lain hal Nailah akhirnya digantikan oleh Nadiyah.
Setelah 2 pekan menunggu naskah
yang fiks. Tim aktor/aktris yang tadinya hanya latihan koreo saja, mulai
melakukan latihan baca naskah ditemani oleh Bu Meta. Setelah itu mereka take
suara untuk di edit dalam file suara latihan, daaan file inilah yang
menjadi patokan latihan selanjutnya.
***
Tidak hanya sekedar drama di
pementasan. Dalam prosesnya pun terdapat banyak drama.
Jika dicermati di susunan crew
drama musical SD 5 Peucang-Cibom, nama Dylan tertulis dua kali. Apakah ada 2
Dylan?
Tidak, dia adalah Dylan ku yang satu. *loh*
Jadi, mulanya, Dylan memiliki
posisi sebagai komposer, sedangkan posisi aktor ‘pinguin’ sesungguhnya adalah Farras. Namun, selama proses berlangsung, Farras sering tidak ikut sesi latihan karena kesehatannya yang
kurang baik. Akhirnya melalui keputusan kelas, Farras digantikan Dylan karena
Dylan sering menggantikan posisi Farras
saat latihan koreo.
Kejadian serupa juga pernah
terjadi di H-1Minggu pementasan. Ini menjadi drama yang membuat teman-teman
plus fasilitatornya bingung. Dimana aktris utama (Nadiyah) sakit, sehingga
mengharuskannya istirahat dirumah selama satu pekan. Sutradara bingung harus
bagaimana. Setelah melakukan rapat akhirnya kami memutuskan, jika saat gladi
bersih (hari jumat, H-2 konser) Nadiyah tidak ikut, maka posisinya akan fix
digantikan oleh Rofiah (tim koreo yang selalu menggantikan Nadiyah saat
latihan).
Atas kehendak Allah, di hari
Jumat, meskipun telat, Nadiyah pun masuk sekolah. Saya sempat mendapat curhatan
mama nya kalau Nadiyah gamau masuk sekolah karena malu. Saat itu saya bilang,
‘Kesekolah aja bun sekarang. Mau gladi kotor. Biar bisa latihan dulu. Kalau
datangnya siang kasian Nadiyahnya.
Karena selama tidak masuk banyak perubahan. Sekalian adaptasi panggung biar gak
bingung. Sd5 tampil terakhir, jadi kalau mau latihan dulu masih sempat.’
Sebenarnya saya ngetik kasian Nadiyahnya, itu dalam arti yang
sebenarnya. Saya ngerasa sedih aja gitu, kalau dia hari itu gak masuk, kesempatannya
sebagai pemeran utama akan diambil alih, sesuai kesepakatan kelas. Latihan dan
rekaman yang selama berminggu-minggu dia lakukan akan beralih pada orang lain.
Gimana coba perasaannya dia. Makanya saya gak berani bilang sama mamanya karena
khawatir Nadiyah jadi sedih dan down.
Dan taukah kalian.... dibalik semua itu, ada sosok
Rofiah yang membuat saya merasa lega. Meskipun dia selalu menggantikan Nadiyah
secara all out dalam setiap latihan,
namun dia tidak pernah merasa mengambil alih. Dia memahami posisinya sebagai
pengganti. Rofiah selalu menanyakan dan memastikan, “Nanti Nadiyah tetep jadi
pemeran utamanya kan Bu?” Sampai besoknya mau gladi bersih, dia masih nanya
“Bu, aku tetep bawa properti kutub? Nanti kalau Nadiyah masuk aku gaperlu bawa kostum kan?” Saya saat itu hanya bisa bilang, “Iya bawa aja, buat jaga-jaga.
Nanti kalau Nadiyah masuk, kita balik lagi ke posisi sebelumnya.” Tanpa ada
rasa kecewa, dia fine-fine aja dengan semuanya. Saat dia diminta membawa properti
yang dibutuhkan pemeran utama, dia pun tetap membawanya.
Di Jumat pagi menjelang siang, Nadiyah datang. Alhamdulillah SD 5 belum
kebagian tampil di gladi kotor, jadi dia sempat mengamati dan mempelajari
bagian mana yang berubah. Dan siangnya, saat latihan gladi bersih di gedung pementasan, Nadiyah sudah bisa mengikuti
ritme perubahannya.
Maasyaallah… mereka benar-benar
luar biasa.
Dalam setiap proses pembelajaran,
setiap latihan dan setiap koordinasi tim, disana kami (fasilitator, bahkan
teman-temannya) dapat melihat bagaimana kinerja setiap anak, kontribusi yang
diberikan, kerjasama, emosi, pemecahan masalah, solusi spontan maupun yang
sudah dipikirkan matang, semua tergambarkan dengan jelas.
Situasi, kondisi, dan perubahan
yang dinamis terkadang perlu banyak penyesuaian yang tidak instan. Kadang saya suka
kesel, greget, sama anak-anak yang ‘terlalu santai’ dengan ritme yang sudah
naik dan perlu gerak cepat. Ada saja satu dua anak yang gak peka sama temannya,
dengan kondisi lapangan, dan masih sibuk dengan egonya sendiri.
Pernah pada suatu ketika, saat latihan bersama berlangsung (semua tim latihan panggung), ada segelintir anak yang asik dengan dunianya sendiri. Semua ritme latihan berantakan dan diluar skenario yang dibuat. Saya disitu udah greget tak tertahankan. Sampai-sampai semua kekecewaan itu meledak di akhir kelas, saking sudah tidak tahan dengan segelintir anak-anak ini.
Mereka yang berkali-kali melanggar kesepakatan, bermain-main ketika semua
teman-temannya fokus dan menunggu giliran, pencilan-pencilan ini malah asik bercanda diwaktu yang
tidak seharusnya.
Tangis, kesal, kecewa, dan sedih menyatu jadi satu. Kami sebagai fasilitator selalu menekankan bahwa setiap anak
memiliki peran yang penting. Bahkan jika dia bertugas hanya sebagai pembawa
properti, perannya sangat penting untuk keberhasilan pementasan drama musikal ini. Karena itu, semua gerik akan mempengaruhi gerak yang lain. Jika dia tidak
melakukan tanggungjawabnya dengan benar, maka semua jadi berantakan.
Setelah ledakan big bang itu terjadi, disitulah terlihat ada titik terang. Dari titik itu, mereka mulai menghargai apapun posisi teman-temannya, mengingatkan apabila ada yang ‘keluar jalur’, fokus pada tanggungjawabnya dan care pada teman-temannya.
Setiap gladi kotor dan gladi bersih, evaluasi
kesalahan makin berkurang. Sampai pada saat pementasan. Saya yang berdiri di
meja operator, dan tidak bisa melihat riweuhnya mereka di belakang panggung.
Dapat menikmati darah, keringat, dan air mata selama proyek ini berlangsung.
Bahagia dan bangga melihat penampilan mereka di panggung konser Senandung Alam SAI Meruyung.
Alhamdulillah...
Alhamdulillah...
Alhamdulillah….