Minggu, 15 Mei 2011

Suara Hati

Saat orang lain menyandarkan tubuh beristirahat, kita masih berdiri tegak menyandang panji ini. Tak banyak waktu kita lalui untuk hal yang menyilaukan mata di dunia ini. Godaan datang silih berganti. Ketika pemikiran itu memerangi kita, benteng kokoh bersiap siaga melindungi jati diri. Jalan dakwah ini tak akan pernah sepi, selalu ada panji-panji yang siap merelakan diri.


Duhai kawan, apa kau lelah? Apa kau bosan?
Jangan pernah berhenti, sebelum hidup kita memiliki arti. Sepanjang perjalanan, sejak kita beranjak dewasa, sejujurnya kita telah mengerti apa itu tujuan akhir, cita-cita puncak, dan mimpi-mimpi terjauh kita untuk menjadi sesuatu. Akan tetapi, tak jarang kita terhempas, terlena dan kemudian berhenti di tengah jalan. Padahal hidup seorang mukmin semestinya berupa siklus kehidupan yang terjalin baik, tak kenal putus.


Andai Dakwah bisa tegak dengan seorang diri, tak perlu Musa mengajak Harun, tak perlu pula Rasulullah mengajak Abu Bakar untuk menemani beliau hijrah. Meskipun pengemban dakwah itu alim, faqih, dan memiliki azzam yang kuat, tetap saja ia manusia yang lemah, yang selalu membutuhkan saudaranya. Jalan dakwah merupakan sejarah perjalanan panjang yang terkadang terasa manis atau mungkin terasa hambar.


"Ketahuilah! Sesungguhnya bila kalian bersabar atas kesusahan yang sebentar saja, maka kalian akan menikmati kesenangan yang panjang." ( Thariq bin Ziyad)


Tangan semakin kuat mengepal, kaki semakin kencang berlari. Maju untuk terus berlari. Jangan ingin berhenti. Menang dan terus Menang. Karena pejuang dakwah bukanlah pecundang. Utuhkan niat dan totalitaskan usaha. Raih cinta hakiki, insyaallah gapai Ridha Illahi, kembali mengikat hati bersama para syuhada kelak, di Jannah-Nya yang abadi... أمين