Sabtu, 21 Maret 2020

What I’m thinkin a lot when #dirumahaja


Assalamu’alaikum yorobuun~~

How are you? Semoga selalu dalam keadaan sehat dan bahagia. Aamiin…

Buat kalian yang baca tulisan ini di hp sambil rebahan, denger musik/radio, santai-santai di rumah, nikmatilah, meskipun ada rasa bosan #dirumahaja tapi tetaplah bersyukur, konten ini insya Allah ada isinya. Siap menikmati? Okesip
Allright, hari ini saya akan mengangkat suatu wacana yang mungkin kalian udah bosen buat baca atau denger ceritanya. Saya yakin kalian kayaknya udah tau juga apa yang akan saya tuliskan. Yup’s, it is about COPID SalapanBelas.

Ini himbauan ya guys… Jika kalian sudah enek membaca postingan berbau-bau virus ini, saya sarankan untuk segera meng-close tab / jendela anda, karena tulisan ini jelas akan membahas itu. Tapi  sebelum dipencet tombol x nya, plis skrol sampai akhir, baca bagian akhir aja gpp, karena saya ingin sekali temen-temen baca bagian itu. Jadi kalau ada yang mau baca full ya monggo disimak~

***

Ok guys, sebenarnya saya udah pengen nulis ini dari lama, cuma kok kayanya belom sempet-sempet gitu. Alhamdulillah sekarang saya ada kesempatan. Nah, seperti yang kita semua tau, sekarang wabah korona ini lagi fenomenal banget di dunia. Apalagi akhir-akhir ini Indonesia digegerkan dengan penyebarannya yang fantastis, sampai rupiah pun anjloknya fantastis. Well, sedikit make sense juga sih. Karena mau bagaimana pun dampak  virus ini udah level global, apalagi di negara +62 santuy penuh drama perpolitikan, wajar lah si rupiah merana.

Frist of all, saya mau sedikit spoiler tentang apa aja yang akan dibahas ditulisan ini. Poinnya cuma ada 4 sih, pertama tentang kondisi korona saat ini, kedua kebijakan pemerintah, ketiga pandangan saya secara umum, keempat what should we do?

Baiklah, kita langsung  masuk poin pertama yaitu, “kondisi korona sekarang, apa kabar?”
Jadi gini, penyebaran virus Copid 19 di Indonesia saat ini peningkatannya melonjak drastis. Dalam 2 pekan terakhir, kasus pasien yang dinyatakan positif nyaris mencapai angka 400 jiwa, dan yang meninggal pun sudah mencapai 30 orang lebih. Ini cukup mencengangkan. Di negara asal munculnya virus ini, jumlah korbannya kian menurun dan banyak juga pasien yang dinyatakan sembuh. Bahkan, berita gembiranya mereka sudah menemukan vaksin virus ini (dan 5000pc langsung dibooking sama +62). Negara tetangga China sendiri seperti Korea & Jepang, juga sudah mulai menurun penyebarannya (jika dibandingkan dengan pekan sebelum-sebelumnya). Meski begitu, di berbagai belahan negara di dunia, jumlah jiwa yang terjangkit terus bertambah, terutama di Benua Eropa.

Beberapa negara sudah memberlakukan lock down nasional, termasuk negara tetangga kita Malaysia dan Singapura. Lock down ini dilakukan untuk memperlambat / memotong penyebaran virus. Jadi, aktivitas masyarakat dibatasi, seperti tidak keluar masuk kawasan secara bebas –baik menggunakan kendaraan umum maupun pribadi, lalu mereka dianjurkan untuk melakukan aktivitas di rumah saja, baik itu bekerja, sekolah, dan aktivitas sejenisnya. Selain itu mereka juga disarankan untuk melakukan social distancing (pen-jarak-an), artinya membatasi aktivitas berkumpul/mengumpulkan orang dalam jumlah banyak.

Masuk poin ke dua. Kebijakan apa yang sudah pemerintah kita lakukan? Sejauh ini, di Indonesia belum diberlakukan lock down nasional. Paling yang lagi hits sekarang ini adalah pengecekan secara acak. Beberapa daerah yang memiliki pasien positif atau dalam pantauan dan penanganan, diberi himbauan untuk melakukan social distancing (dan beberapa langkah lain yang mirip lock down juga sih sebetulnya). Katanya pemerintah daerah tidak berhak menentukan lock down, hanya atas izin pemerintah pusat saja bolehnya. Jadi sementara ini baru Jakarta yang pemerintah daerahnya memberlakukan lock down area. Karena persebaran korona di Jakarta ini memang yang paling tinggi di Indonesia.

Pemberlakuan lock down memang bukan satu-satu cara untuk memutus rantai penyebaran virus ini. Dari awal datangnya Covid 19 ke Indonesia, pemerintah sudah menyarankan untuk menjaga kesehatan dengan cara melakukan PHBS, yaitu Pola Hidup Bersih dan Sehat. Dan hal ini memang yang paling penting dilakukan. PHBS sampai saat ini masih sangat gencar disosialisasikan. Mengingat banyak warga +62 menganggap kebersihan belum menjadi hal yang penting.

Sepekan terakhir, sekolah dan beberapa tempat kerja sudah mulai memberlakukan kegiatan  School & Work Form Home. Diberlakukannya kegiatan ini sesuai dengan surat putusan Kepala Daerah dan Kemendikbud. Dengan adanya putusan ini membuat para guru memutar otak untuk merancang pembelajaran di rumah agar tetap terlaksana, menarik dan pastinya terpantau.

Baiklah, kita langsung masuk ke poin tiga untuk menyambung pemaparan di atas.
Sebagai seorang guru, biasanya kan saya bisa langsung berinteraksi dengan para murid saat belajar di kelas, lalu kemudian harus dipisahkan dengan jarak dan waktu, di situ saya merasakan apa itu kehampaan & kehilangan. Ruh yang biasa dibangun setiap pagi oleh dzikir pagi bersama anak-anak, kini menyisakan ruang. Berat memang, tapi sebisa mungkin kami tetap melakukan touching pada mereka, meski kami sadari itu belum maksimal.

Di sisi lain, orang tua siswa cukup dibuat kelimpungan dengan tugas-tugas sekolah anaknya. Karena saat ini, mereka tak hanya melakukan kegiatan rumahan yang biasa dilakukan, tapi juga harus meluangkan waktu untuk mendampingi anak-anaknya, apalagi yang memiliki anak lebih dari satu atau mereka yang biasanya bekerja di luar rumah. Tentu ini bukanlah hal yang mudah.
Begitupula dengan anak-anak, yang biasa bebas eksplor di sekolah, kini hanya berdiam diri di rumah, mengerjakan tugas sendiri, tanpa teman, dan itu membuat mereka bosan.

Kendala yang muncul dari wabah ini memanglah tidak sedikit. Saya sendiri sebagai guru merasa bahwa waktu bekerja di rumah itu menjadi lebih, alias overtime (mungkin ini saya saja ya, tidak perlu digeneralkan). Tidak dapat di pungkiri, karena semua serba online, serba layar, serba gawai –rd. gadget, otomatis itu membuat mata lelah (dari situ saya jadi tau gimana keseharian kerja mimin-mimin onlensop).

Setiap penugasan disetorkan dalam bentuk digital, hal ini tentu perlu pengecekan berkesinambungan. Belum lagi jika ada keluh-kesah dan pertanyaan orang tua, gak mungkin juga kan kita biarin, pasti perlu ada tanggapan. Tapi ada juga sih yang cuek sama tugas anaknya, ngumpulin engga, konfirmasi engga, bahkan kabar keberadaannya aja ya gitu deh, gatau dimana. #maaf curcol.
Ok, kita skip aja ke cerita selanjutnya. Next…

Itu semua serba-serbi dilema yang saya alami. Setiap orang dengan profesi dan kondisi berbeda juga pastinya memiliki kendala masing-masing. Ada yang dengan mudah dapat mengisolasi diri sesuai instruksi, ada juga yang bahkan tidak peduli dengan instruksi tersebut. Bukan, bukan karena tidak ingin, tapi lebih karena keadaan.

Pernah saya mendengar cerita seorang pedagang asongan. “Kalo saya ikutan instruksi disuruh diem di rumah, terus saya dapet uang dari mana? Mau makan gimana?” Terus saya mikir, iya juga ya, sumber penghasilan mereka kan dari sini. Ini adalah sebuah dilema. Di satu sisi dia perlu bekerja untuk makan, di sisi lainnya ia bisa jadi ‘agen’ penyebaran virus, bahkan menjadi korban.

Lain halnya dengan para tenaga medis. Mereka para garda terdepan pelawan wabah penyakit ini. Banyak dari mereka mensosialisasikan pada masyarakat agar #dirumahaja. “Kami bekerja di sini untuk kalian, kalian tetap di rumah untuk kami”. Kurang lebih begitulah kata-katanya. Kalau dipikir-pikir iya juga sih.

Tenaga medis yang sekarang berada di rumah sakit, klinik, dan puskesmas tentu tidak semuanya menangani wabah ini. Tapi jika wabah terus merebak, tenaga medis pun konsentrasinya akan terpecah. Dan ini tentu membutuhkan effort lebih. Melihat foto-foto mereka yang menangani pasien Covid 19 yang sekarang saja saya merasa prihatin. Ditambah dengan kesediaan Alat Pengaman Diri (APD), masker, handsanitizer yang kian langka. Sedih akutuh.

Itulah dilema wabah Covid 19 di negara +62. Mungkin itu juga yang membuat pemerintah pusat berlarut-larut untuk melakukan lock down nasional. Tapi mau sampai kapan? Karena kalau benar pemerintah memutuskan lock down nasional, otomatis para rakyat kecil dan teman-temannya harus mereka “beri makan”. Dan kalau terus berlangsung seperti ini, Menkes bahkan memprediksikan 700.000 orang bisa jadi sudah terdampak korona.

Terus aku harus gimana?

Di saat seperti ini, di saat WHO sudah menyatakan bahwa Covid 19 adalah pendemik global, semua orang harus bisa menganggap dirinya sudah terinveksi virus tersebut. Walaupun pada kenyataannya tidak—terlihat. Tapi kita perlu mengisolasi diri agar penyebarannya terus berkurang. Selalu lakukan PHBS, jaga imunitas tubuh, ikuti instruksi pemerintah dan ijtima ulama. Jangan ngeyel. Apalagi ijtima ulama.

Mungkin bagi sebagian orang, mereka beranggapan, “kan lebih baik di masjid sholatnya, berjamaah, jumatan, kajian, dll. Masa masjid dibiarkan kosong?” okay…. Tarik napas….. hembuskan…. (lakukan 3 kali) Jadi gini loh guys… Sekelas Masjidil Haram dan Nabawi saja, para imam besarnya sudah membatasi beraktivitas disana. Apalah kita, yang fakir ilmu ini. Tinggal ngikut putusan ulama aja ya kok banyak alasannya. Para ulama juga gak mungkin memutuskan suatu perkara tanpa ilmu. Ya kan?

So, lakukan aja yang kita bisa. Semampunya. Kita memang tidak boleh terlalu panik dan parno, tapi kita juga tidak boleh menganggap enteng.

Begitulah teman-teman…. Selalu ada hikmah dalam suatu musibah kan. Penyebaran wabah ini tidak serta-merta terjadi begitu saja, tanpa seizin Allah. Banyak keluhan yang kita alami, tapi coba ambil hal positif yang bisa kita ambil. Dengan belajar/ bekerja di rumah, akan ada ikatan yang lebih kuat antar anggota keluarga. Tak jarang, seorang anak ‘merasa’ bertemu orangtuanya hanya di waktu akhir pekan saja, karena mereka pergi bekerja sebelum anaknya bangun dan pulang setelah anaknya tertidur.

Dengan adanya wabah ini, juga mengingatkan kita akan saudara kita yang ada di Palestina, Suriah, Iraq, Iran, India, Rohingya, China dan belahan bumi lain yang kesehariannya di isolasi. Jadi rasanya gimana? Kita sekarang masih bisa santai di rumah tanpa takut ada roket nyasar, atau tiba-tiba orang-orang dzolim menghancurkan rumah dan menganiaya keluarga kita. Kita masih harus lebih banyak bersyukur daripada mengeluh.

Terakhir… ayo kita hamparkan sajadah, banyak bersimpuh, banyak memohon kepada Dia yang mengizinkan semua ini terjadi. Kita semua punya rencana, tapi yakin aja… Rencana Allah itu yang terbaik. Kita gak tau ada rahasia besar apa di balik merebaknya wabah ini. Semoga kita bisa semakin tunduk dan yakin atas segala ketetapan Allah. Semoga dengan adanya musibah ini, kita semakin dekat dengan Sang Kholiq. Semoga dengan kejadian ini, jiwa-jiwa kita yang dulu pernah mengeras, perlahan menjadi lunak kembali, mata hati kita yang dulu tertutup bisa kian terbuka.

Ok Guys, sekian cerita kegelisahan tentang hal-hal apa aja yang seringkali berkeliaran di otak saya selama #dirumahaja. Semoga tulisan ini bermanfaat. Jaga terus kesehatan kita ya manteman. Galakan PHBS every day- every where- every way. And for the last, lets pray together.

***

Ya Allah, Ya Robbi… kami memohon pada-Mu… lindungi negeri ini dari berbagai macam marabahaya dan bencana, lindungi negeri kami Indonesia, dari wabah penyakit yang mematikan. Ya Rabb.. Engkau yang Maha Pengasih, limpahkan rahmat dan kasih sayang-Mu pada kami semua. Ya Allah Ya Ghofuur… ampunilah segala dosa dan kekhilafan para pemimpin kami, ampuni dan rahmatilah para ulama kami, tunjukkanlah kami jalan yang Engkau ridhoi.
Ya Allah… lindungi saudara-saudara muslim kami yang teraniaya di belahan dunia manapun, kuatkan mereka Ya Qowiiy. Ya Allah… angkatlah segala penyakit yang sedang menimpa kami maupun saudara kami. Jemput kembali wabah virus covid-19 ini ke pangkuan-Mu. Yaa Hayyu Ya Mumiit, Engkau yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk di jagat raya ini, jika ada diantara kami yang Engkau panggil kembali, ridhoilah untuk meninggal dalam keadaan husnul khotimah, bergelar syahid di dunia dan akhirat. Jika di antara kami masih Kau izinkan hidup di dunia ini, maka ridhoilah untuk selalu hidup dalam keimanan dan ketaatan kepada-Mu.
Ya Allah hanya pada-Mu saja kami memohon, tiada yang dapat mengabulkannya selain Engkau Ya Mujiib. Ya… Robbal’alamiin.

***

Ok, teman-teman, terimakasih sudah ikut berdoa dan turut mengaminkan, semoga Allah senantiasa mengabulkan doa-doa kita. Aamiin…
Thanks for reading, stay safe, stay healthy, dan… jangan lupa tinggalkan jejak.
Wassalamu’alaikum~ Ma’assalamah~

From_Depok, 210320_with love_@ayugai_sakura