Minggu, 15 November 2020

En-Joy 💖

Assalamu’alaykum! Annyeong minna~ How are you? Hope you always happy and healthy.

Hai-hai, saya kembali lagi dengan membawa tulisan baru nih. Hm… Kira-kira tentang apa ya?

So, you know.… I always find something new when I meet my bestie and talk about everything. Sometimes, it’s pointless but however I almost get a value about life. Maybe you have a same experience with me? Let’s open with daily stories or about anything around.

Ok, guys, you know, I just try to express what i thought with English. But ya, you can skip this shameful English if you want. Haha

Jadi, ya semacam itu ya gengs. Di sini saya akan sedikit bercerita tentang beberapa obrolan kecil antar sohib. Ya, pastinya kalau udah gabung sama geng-gengan kalian, apa aja bisa jadi bahan pembahasan kan. Mulai dari kebiasaan kecil sampai ke impian-impian besar yang ingin dicapai.

Nah sebelum masuk terlalu jauh, saya ingin coba bahas dikit lah tentang sifat dan kepribadian. Biasanya dalam sebuah lingkaran pertemanan atau persahabatan, selalu diwarnai dengan kelakuan-kelakuan out of the box yang pastinya gak semua orang sama. Di antara kita biasanya ada orang yang terbuka, ada pula yang tertutup. Tapi ada juga orang yang hanya bisa terbuka/tertutup pada orang-orang tertentu aja.

Kita semua tau lah ya, karakter seseorang itu muncul dari gen, sifat, kebiasaan, dan tentu aja lingkungan. Makanya setiap kita pasti memiliki teman dengan karakter yang berbeda. Jangankan teman, saudara yang satu rumah pun seringkali memiliki karakter yang berbeda.

Nah, balik lagi nih sama lingkaran pertemanan, biasanya diantara kita ada orang-orang yang seperti ini. Ada yang bawel, selalu jadi point of interest, no nge-gas no life pokoknya selalu heboh, aneh, dan kadang dia jadi pencair suasana. Terus, ada juga yang iya-iya aja, hidupnya mengalir gitu. Temennya ngapain, ayok aja ngikut, yang penting hidup damai, bahkan kadang gak peduli sama sekitar, yang penting ngumpul dan makan.

Ada juga yang lurus aja, strik sama prinsip dia. Ya pokoknya kalau mau ngapain harus gini-gini-gini, temennya kalo bisa ngikutin dia gitu, repot sendiri alias nge-batu. Pokoknya memang macem-macem lah, sifat, kebiasaan, karakter dan sebangsanya. Itu semua gak jadi masalah sih selama kita bisa menyeimbangkan dan sejalan. Justru keunikan-keunikan itu yang membuat lingkaran persahabatan lebih berwarna dan seru. But, sometime… if someone has overdose with his/her character, it’s make pissed off the others. Right?

Ok, I think this intermezzo is enough, let’s move.

Jadi, saya mau menceritakan sedikit hal tentang obrolan kecil yang pernah jadi bahasan seru di tongkrongan. It’s how about enjoy your life.

Sebetulnya hal ini bukan cerita baru sih, mengingat topik semacam ini sudah sering dibahas dipostingan sebelum-sebelumnya. Bagaimana menjalani hidup agar lebih menyenangkan?

Tentunya tiap kita punya cara sendiri untuk membuat diri bahagia. Ada yang menghabiskan waktu luangnya dengan travelling, sport, music, movie, drama, cooking, reading, coffee, ect. Pokoknya macem-macem gitu lah. Dan biasanya kita akan merasa klop kalau temen tongkrongan kita punya hobi yang sama. Atau ya minimal ada satu poin kesamaan diantara kita, karena kalau ada sesuatu yang sama tuh kita kayak bakal ngerasa lebih nyaman dan nyambung. Semacem apa ya istilahnya? Sefrekuensi? Iya gak sih?

Coba aja cek, diantara semua temen tongkrongan atau se-geng kalian, pasti ada satu kesamaan antar kalian. Ya, apapun itu.

So, balik lagi ke cerita ya. Jadi akhir-akhir ini, saya lagi suka sama obrolan tentang impian, perjalanan hidup, tentang gimana seseorang bisa hidup struggle sampe sekarang, dan bagaimana dia bisa berujung pada capaian posisinya saat ini.

Ya, seperti yang kita tau, orang-orang biasanya langsung lihat ke hasilnya aja kan. Jarang yang tau bahkan menghiraukan kisah perih dibalik perjuangannya. Banyak yang bilang, “Pokoknya aku pengen kayak dia.” Tapi, disadari atau tidak, pas bilang kayak gitu, otomatis harus siap dengan perihnya jalan yang pernah dia lewati untuk sampai ke posisi itu. Iya kan? Dan itu tidak semudah mengedipkan mata gaes.

Ya, gapapa sih kita memimpikan “ingin seperti seseorang yang blablabla”, tapi ya, untuk mencapai itu tuh harus siap dengan segala konsekuensinya. Ok, gak usah jauh-jauh lah ya. Posisi yang saya obrolin ini sebenernya bukan semata-mata kayak jabatan, popularitas, yang bergelimang harta gitu ya. Bukan. Ini kayak lebih ke next level kehidupan kita.

Setiap manusia pasti melewati step-step kehidupan dengan level yang berbeda kan. Meskipun secara universal ya, kita semua kemungkinan besar mengalami periode yang sama, like : fase main-main, mencari jati diri, menunjukkan who you’re, and berakhir dengan bagaimana kita ‘kembali’? Akan seperti apa bentukan/hasil saat kita meninggalkan alam fana ini? Semua itu bertahap, berproses, kadang dalam menjalani itu semua kita punya cara dan langkah yang berbeda. Dan itu membuat kita jadi banyak berfikir juga merenung.

Gak jarang kita merasa banyak tertinggal akan satu dan lain hal. Kenapa ya mereka bisa mendapat ini, kenapa mereka bisa seperti itu, kenapa, kenapa dan kenapa? Seringkali kita melihat proses dan tahap kehidupan orang lain, yang melesat jauh dibanding dengan proses yang sedang kita alami. Apakah itu salah? Hm… menurut saya sih gak sepenuhnya salah, tapi tidak bisa juga langsung dibenarkan.

Semua tergantung dengan hal apa yang membuat pikiran kita terganggu. Selama yang kita lihat adalah capaian amal kebaikannya, it’s ok. But, kalau yang dilihat hanya seputar kehidupan dunianya, ya sangat disayangkan aja gitu. Padahal kalau diperhatikan lagi, ada banyak kok langkah, pengambilan sikap, usaha dan proses pengembangan diri kita, yang sebenarnya patut kita apresiasi sendiri. Hanya saja, kita jarang me-realize itu.

Coba deh kita lihat diri kita sendiri. Kalau kita sadari, sudah banyak perubahan yang dialami. Saya pribadi, merasa bersyukur banget bisa tumbuh di lingkaran persahabatan yang membawa saya lebih dewasa dalam cara pandang dan cara berpikir. I’m not grow to be another person, but to be me in another level. Dari segi bagaimana cara bersikap, berkomunikasi, bersyukur, dan bagaimana melihat suatu case dari sudut pandang yang berbeda. Pun bagaimana cara kita mengapresiasi atau menghargai sesuatu, gak hanya bagi oranglain bahkan untuk diri kita sendiri.

Bener deh, kita harus banyak bersyukur atas apa yang kita punya sekarang dan mengapresiasi semua perjuangan yang udah kita lakukan. Coba kita minimalisir sikap kurang mensyukuri keadaan, karena itu hanya membuat kita berpikir kalau apa yang orang lain miliki lebih berarti dibandingkan dengan apa yang sedang kita genggam saat ini. Tapi ingat gaes, semua yang kita punya sekarang ini tuh cuma titipan. Kita gak tau, kapan Allah bakal ngambil semua yang kita punya sekarang. Harta, tahta, orang tercinta. So, kita perlu untuk lebih menghargai semua yang ada. Stop mengeluh tentang keadaan. Toh gak semua orang punya kesempatan sebaik apa yang kita punya sekarang.

Memang, ada masanya kita merasa bosan dengan daily activites, dengan kegiatan rutin yang kita lakukan sehari-hari. Selalu ada keinginan lebih, supaya hidup tuh ya gak gini-gini aja. Iya kan? Tapi dibalik itu semua, dibalik kehidupan yang dirasa gini-gini aja, banyak orang disana yang mengharapkan kehidupan seperti yang kita jalani. Walaupun sebetulnya, mereka gak tau pasti posisi yang kita jalani saat ini pun memiliki rintangan dan tantangan sendiri.

Sometimes, to enjoy your life, you need to be alone. You need to recharge your soul, and take yourself with your hobbies or anything.

Ya kayak, sekali-kali it’s ok to be ‘bodo amat’, toh kita juga kadang perlu untuk menenangkan pikiran dan melepas sejenak atas rutinitas atau aktifitas yang bikin kita penat. Tapi ya jangan keterusan juga, karena kamu gak hidup sendirian. Ingat, kita itu hidup berdampingan sama orang-orang yang ada di sekitar kita. Kalau bodo amatnya keterusan, ya orang disekitar kita juga gabakal respect lagi sama kita. So, take your time, and then back to give your responsibility.

Mungkin diantara kita ada juga yang melepas penatnya butuh sharing with ___, ya just do it. Kamu yang paling tau akan dirimu sendiri. Gak usah terlalu maksain apa kata orang. Kalau kamu merasa bisa menyelesaikan masalah dengan caramu sendiri, ya lakuin aja. Don’t worry.

Insya Allah, Allah mudahan segala urusan dan kesulitan yang sedang kamu alami saat ini.

Keep hamasah!

Ok, minna~ sorry ya kalau jatohnya cerita ini kayak ngulang sharing-sharing sebelumnya. Tapi semoga kalian bisa mendapat hal baru dari cerita diatas. Hm… minimal bisa me-refresh lah. Ya syukur-syukur bisa bermanfaat juga. Hehe…

Terimakasih udah baca sampai sini. Maaf kalau ada kata atau kalimat yang kurang tepat dan mengganjal dihati. Semoga kita bisa ketemu lagi di tulisan-tulisan berikutnya.

So, see you next time, wassalam!

Bye Minna~ Ma’assalamah!

Pyong~


Minggu, 13 September 2020

Prive

Anyeonghaseyo mina~

Welcome back to my oldies blog. Hope you always happy and healthy :)

I will talk something hm… lil bit prive but ya, sorry if the word is not good, I just try to put my feel here. So, if you don’t want to read. It’s ok, please close tab and see ya.

----

Himbauan!

Konten ini menggunakan bahasa yang kurang baik. Mohon untuk bijak dalam membaca.

----

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 ----

Ok yorobun, di sini, sekarang, gue bakal cerita dengan bahasa yang kek gini. Gue harap kalian gak kaget atau men-judge gue yang lagi-lagi menulis dengan bahasa kek gini. Gue cuma pengen me-release apa yang bikin kepala gue pusing akhir-akhir ini. Gue nulis ini dengan sadar, dan gue paham kalau ada beberapa bahasa di sini yang gak baik buat dikonsumsi anak dibawah umur. So, gue udah bilang dari awal, demi kesehatan jiwa dan pikiran kalian, gue masih ngasih kesempatan buat menutup laman ini. Dan gak usah lanjut baca kalo gak mau terkontaminasi.

Kalo gak guat, gausah bandel.

----

 



----

Ok, gue gabakal ngomong panjang lebar lagi. Gue bakal langsung cerita aja ya.

Jadi gini, dalam otak gue akhir-akhir ini banyak banget pikiran random dari yang penting sampe hal sepele yang gak perlu dipikirin pun gatau kenapa nempel terus. Lalu gue kepikiran buat berbagi sama orang-orang terdekat gue. Karena kalian tau lah, kalau punya unek-unek lo pasti pengen cerita kan.

Tapi belakangan ini, tiap pengen cerita ke orang lain, kek trust gue ilang gitu. Bukan karena orang itu gak deket atau gimana. Kek ada sedikit trauma aja pas abis cerita, bukannya tenang malah jadi gelisah. Walaupun sebenernya gue pengen cerita banget sama orang lain. Sorry ya, gue nulis ini bukan berarti bilang kalo lu yang baca tulisan gue ini adalah tersangkanya, bukan.

Sorry kalo kesannya gue jadi jahat gini.

Nah, dengan kondisi kayak gitu, gue tuh sebenernya tetep butuh tempat buat cerita. Ya, gak semua orang yang pengen gue ajak cerita itu untrusted. Sebenernya ada banyak orang-orang yang bisa gue percaya, tapi di mata gue, tempat itu ‘terlihat’ udah gak ‘available’ lagi—ini sejauh yang gue liat ya. [Inget, ini semua berdasarkan apa yang otak gue pikirin dan yang mata gue liat, gue gatau kebenarannya, jadi jangan langsung percaya sama tulisan-tulisan gue saat ini, bisa jadi ini salah].

Apa yang gue liat adalah orang-orang itu udah sibuk sama dunia barunya. Yang tentunya dunia mereka bukan dunia yang bisa gue jangkau, gue ngerasa frekuensi obrolan kita udah gak sama, jadi kalo cerita ke mereka juga kek ngerasa wasting, gitu. Tapi, dalam lubuk hati gue yang terdalam, sampai sekarang ada sih orang-orang yang pengen banget buat diajak curhat, yang bisa bikin gue lega dan terjaga. Tapi pas dipikir lagi, kalo gue cerita ke mereka, gue takut malah jadi kayak nambahin beban hidup mereka. Karena gue tau, kalau gue cerita, pasti dia bakal ikut mikirin juga kegelisahan/masalah gue.

Jadi kalau mau cerita ke orang lain itu jadi mikir lagi, mereka yang sayang sama lu, sebenernya gak perlu tau banyak cerita kita, karena bukan itu yang mereka butuhin. Gitu juga sama orang yang benci sama lo, apa yang lo omongin cuma bakal dianggap angin kosong, gak bakal dipercaya juga. Iya gak?

Ok, disamping semua kerandoman pikiran gue itu, entah secara kebetulan atau gimana, kemaren, kemaren... banget. Gue baca postingan di IG, yang kata-katanya itu kek nampar gitu. Tapi yang jelas sih emang udah jalannya aja, ngingetin gue. Kalau gak salah kata-katanya tuh gini:

“Kehawatiran, kegalauan, dan kesedihan itu datangnya dari 2 arah. Salah satunya dari cinta dunia dan terlalu berhasrat kepadanya. Yang kedua adalah dari kurangnya amal kebaikan dan ketaatan.”

Terus gue mikir, apa iya ya? Apa gue lagi Lelah Mental?

Ngerasa gak produktif, susah tidur banget padahal badan capek, gampang jengkel, gaada motivasi, gampang cemas, ya sampe segitunya gitu loh. Heran gue juga. Gue kenapa? Gitu kan.

Otak ama perasaan gue ngalor-ngidul. Jahatnya pikiran gue, sampe tega nuduh mereka berubah, padahal bisa jadi malah gue yang berubah. Ya mental gue selemah itu, sampai gue membuat berbagai alasan sebagai pembenaran.

Setelah gue baca postingan itu, gue mulai terbuka. Emang ya, Allah itu bener-bener Ar-Rahman, Maha pengasih pemberi rahmat. Nyatanya, separah-parahnya manusia, Allah tetep sayang. Alhamdulillah… Gue bersyukur banget. Allah masih nolong gue dengan negur dan ngingetin gue lewat apa yang tiap hari gue liat. Cuma sayangnya gue suka gak ngeh dan lewatin gitu aja.

Gue sadar, tiap kita emang udah seharusnya ngingetin dalam hal kebenaran dan kesabaran. Meski sampai sekarang untuk cerita ke orang lain gue masih belom terbuka. Tapi setidaknya, gue ngerasa bersyukur gue masih suka nulis. Seengaknya gue punya wadah buat nyalurin apa yang pengen gue omongin. Gue bisa share hal yang menurut gue baik, lewat tulisan. 

Love yourself.

Ya, mencintai diri sendiri penting, sebelum mencintai oranglain. Karena kalau lu gak cinta sama diri sendiri, ya lu gak akan bahagia. Sesekali boleh lah egois. Tapi jangan keseringan. Bukan berarti gue mengiyakan kalau hidup egois itu baik. Atau gue memutuskan untuk menjadi orang egois, bukan. Tapi seenggaknya, ada masanya lu sempet terpuruk dan lu butuh waktu buat ngobatin diri lu sendiri. Caranya gimana? Ya…. Lu sendiri lah yang lebih tau.

Jujur, awal ngetik tulisan ini gue lagi kesel, pen nangis, greget pokoknya. Tapi ya gitu, gue sadar, gue cuma butuh wadah buat ngungkapin aja. Sebenernya ada banyak cara buat stress release. Bisa lewat hobi-hobi kalian entah itu masak, olahraga, bikin-bikin kreasi lewat gambar, suara, video, atau mungkin kayak gue lewat tulisan kek gini, bebas, terserah lo.

Ada yang bilang, cara lu ngilangin stress itu coba ngobrol sendiri depan cermin. Maksudnya supaya kayak ada temen ngobrol gitu, tapi gue pernah nyobain dan jatohnya kek…. awkward—emang metode itu gacocok aja buat gue sih, hahha… karena bukannya pengen cerita, tapi kaya malu sediri gitu. Hahaha….

Tapi intinya sih, kalau emang pengen beneran tenang lagi, ya balik lagi sama yang ngasih masalah ini siapa? Kenapa? Dan ya… itu mungkin jadi salah satu teguran biar bisa balik lagi ke jalan yang bener. Jangan dunia mulu yang dipikirin. Semati-matiannya lu nyari dunia, ujung-ujungnya lu bakal mati. So, kenapa buat ngumpulin bekel setelah mati itu justru yang lebih sering diabaikan? #mikir

So, ya. Gitu aja ceritanya. Gaje banget ya. Sekalinya upload kok gini tulisannya? Hehe maapin kalo yg nungguin uploadan blog ini punya ekspektasi tinggi #emangada #emangsiapayangnugguin #emangngapa. Ya gapapa sih. Gitu aja deh, pokoknya cukup sudah. Makasih banget buat kalian yang udah mau baca sampai akhir. Semoga kata-kata tidak layak diatas, gak mengontaminasi pemikiran suci kalian.

BTW kalau kalian punya kata-kata motivasi atau apalah itu boleh ditulis di kolom komen. Atau kalau kalian adalah orang yang kenal sama gue dan punya nomer kontak gue. Boleh japri aja ya.

 

Thank you very much! See you again, Insyaallah.

Ma’assalamah, pyong~