Jumat, 22 September 2017

All is well

Anyeong chingudeul~! (–Halo manteman- ceritanya nyapa pake bahasa Korea)..
Whats up? Kumaha daramang? Lama tak bersua, adakah kalian merindukan tulisanku? Hahah.... selalu saja diawali oleh pertanyaan seperti itu. Wajar aja sih ya, jarang ngapdet soalnya.

Btw, untuk sekedar info, kabar saya akhir-akhir ini, mood swings nya parah. Sebentar panas sebentar adem (bc: labil). Rasanya banyak banget pikiran di kepala ini, sampe kayak mau meledak. Huh... Kenapa ya? Apa jangan-jangan karena kurang tidur? Apa kurang makan? #ngemiltiapdetikmasihkurangmakan? #etaterangkanlah

Ahaha... Abaikan...

Yang paling penting mah kabar temen-temen aja lah, semoga teman-teman selalu dalam lindungan Allah, keep smile, always be happy, dan senantiasa bersinar dimanapun kalian berada. Aamiin #bethelight

Kali ini saya mau ngebahas sesuatu yang baru-baru ini melanda kehidupan saya *lebaymodeon*. Penasaran gak? Kalo gak penasaran gausah baca. Langsung close tab aja weh. Dadah.. bye...
#oknext #seriusbentarya

Setiap orang pasti punya masalah. Justru orang yang merasa gak punya masalah itulah yang sesungguhnya bermasalah *coba ini teori siapa*. Masalah itu adalah sesuatu hal yang lazim, normal, dan sejatinya akan dialami oleh setiap manusia. Entah itu masalah ringan, atau berat. Tergantung persepsi orang yang menjalankan masalah itu sendiri.

Ketika seorang anak kesulitan menggunting kertas, bisa jadi menurut kita itu hanyalah hal sepele. Tapi siapa yang tahu, persoalan menggunting ini bisa jadi masalah besar bagi si anak. Ia perlu berpikir keras hingga mengeluarkan energi lebih. Dengan keterbatasan yang dia punya, ia mencoba mengatasi masalahnya sendiri. Terkadang jika ia tak mampu menyelesaikannya, maka air mata lah yang menjadi pelampiasan rasa sulitnya. Bahkan ia sampai melempar gunting itu saking kesalnya.
Lalu, kita sebagai orang yang sudah pernah melewati masa sulit seperti anak itu, apa yang bisa kita lakukan?

Kita tentu saja bisa membantu si anak itu. Namun, ketika ingin membantu, kita tidak bisa serta merta mengambil alih guntingnya dan menggunting semua kertas yang belum ia tuntaskan. Ada cara yang lebih jitu yang bisa dilakukan. Apa itu?

Berbagi dan juga menyemangati. Kita bisa memberitahu cara dan langkah yang benar berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Tularkan semangat, sehingga apa yang kita berikan dapat memudahkannya untuk menyelesaikan ‘masalah besar’nya. Membantu dengan cara seperti ini merupakan kunci keberhasilan yang sesungguhnya. Melalui proses itulah ia akhirnya mengetahui titik permasalahnnya. Dan dari proses itu pula ia dapat mengerti dan mampu mengatasi masalah serupa dimasa yang akan datang.

#inibahasanyakeberatansihyu
#intheotherside

Emosi yang labil akhir-akhir ini, gampang banget bikin saya sering ngeluh. Parahnya, setiap kali mengeluh rasanya energi negatif itu makin bertambah. Masalah bukannya selesai, malah berasa jadi bertambah. Yaudah, saya coba siasati aja tuh dengan berpikir positif, tapi kok malah jadi kebalikannya.

Pas dipikir lagi, mungkin gara-garanya karena saya salah ngasih sugesti. Nyatanya, tiap nyebutin kata-kata ‘tidak’ atau ‘jangan’ yang ada saya jadi mikirin hal yang pengen ditinggalin. Contohnya, pas lagi sedih, pengennya sih tegar, ga sampe nangis-nangis. Nah, saya langsung mencoba menyiasati dengan membaca mantra dalem hati, saya terus-terusan bilang, “jangan nangis, jangan nangis”, gitu kan. Lalu apa yang terjadi? Kok malah jadi nangis? Why? Apa yang salah?

Setelah dapet pencerahan dari salah satu grup wa alumni. Ternyata ketika saya bilang ‘jangan nangis’ maka otak bawah sadar justru akan mengungkit memori tentang tangisan. Bukannya jadi tegar, malah jadinya banjir air mata. Otak kita ini memang sensitif menerima kata “tidak”/”jangan”. So, solusinya ketika rasa ingin menangis itu muncul, katakanlah semua baik-baik saja, kalo kata 3 idiot mah ‘all is well’. Semua akan baik-baik saja. Insyaallah yang tadinya pengen nangis, dengan kata positif ini semua akan berubah menjadi lebih baik, karena kata yang diterima oleh alam bawah sadar kita adalah hal positif. Feel better lah pokoknya.

Mengeluh memang bukan jawaban yang tepat ketika kita dihadapkan dalam suatu masalah. Ketika memiliki masalah, carilah solusi. Berdiskusi salah satunya. Ya.... minimal ngobrol-ngobrol ringan lah sama sohib kamu. Itulah fungsinya sahabat. Karena sahabatmu selalu bisa menemani, menguatkan dan memberi semangat ketika kamu mulai keluar dari jalur yang semestinya.

Ini bahasannya kenapa jadi melebar kemana-mana ya? Antara tidak dan nyambung. Hohohooo....
Ya, namanya juga belajar tentang kehidupan. Bahasannya gak bakalan habis sampai nyawa ada di kerongkongan. Makanya kudu banyak-banyak nyari pengalaman. Karena pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Walaupun.... kenyataannya pengalaman seseorang tak bisa mutlak diterapkan oleh orang yang lainnya, ya setidaknya ada pembelajaran yang bisa diambil lah.

Intinya, saat kita mendapat masalah, coba renungkan, pecahkan. Kalo udah mumet cari solusi. Cari temen diskusi. Kalo riweuh sendiri malah jadi cape nanti. Positif... positif... positif, selalu berpikir positif, apapun itu. Karena sekalinya virus negatif itu nempel. Nyebarnya gak nanggung-nanggung. Waspadalah... waspadalah...

**
Tulisan Ini sebenernya saya persembahkan untuk diri saya sendiri. Sebagai reminder kalo “kamu tuh bisa kok nyelesein masalah tanpa masalah!” #udahkekiklanpegadaianaja hihihihi....
Tapi kalo ada kemiripan cerita dan kejadian, itu semua bukan rekayasa. Mungkin takdir Allah aja yang emang pas dan membawa kamu baca tulisan ini. #apacoba. Udah ah, nanti makin gajelas. #lewattengahmalamjumat hiiiiyyyy

All is well~ All is well~ All is well~


Pyong~~