Senin, 01 Agustus 2016

Talk To My Hand



Hello everybody!!!! Kumaha, daramang sadayana?
Ada yang kangen sama tulisan saya gak sih? Ngaku aja, pasti ada lah ya, kalo engga, ya gak mungkin kalian baca postingan ini. Nah sebelum dilanjut ke tahap yang lebih serius…. First of all,let me ask yo. *biar mirip pembawa-pembawa acara gitu* Ok, pertanyaannya adalah….
“Kamu, lebih sering mana, bicara sama diri sendiri atau diskusi sama orang lain?”
*kirim jawaban kamu via twitter dengan mensyen @sainspieople atau ke facebook.com/saionew.shinees dengan hesteg #mauajadikerjain karena tidak akan ada hadiah yang menanti anda*
.krik.
.krik.
*Abaikan* Baiklah, gak usah berlama-lama. Menurut hasil survey yang telah saya lakukan di dalam kepala saya sendiri*gubrak*. Kayaknya sih kebanyakan kita akan menjawab ‘talking with myself’. Ya kan? Haahahhahaa…. #hebohsama jawaban sendiri#
Why???
Because every day we always ask our self about, what we should do, what we should wear, and what we should …else. #ngobrol sok Inggris di depan kaca#plis ini apa#
Mamang Aristoteles pernah bilang, manusia itu adalah makhluk sosial, yang gak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Saya setuju nih sama pernyataan itu. Karena tanpa orang lain, kamu gak bisa ngapa-ngapain lah di dunia. Percaya deh. Sebisa-bisanya manusia hidup sendiri, pasti ada campur tangan orang lain didalamnya. Bahkan seorang Tarzan pun yang hidup ditengah hutan belantara seorang diri, pasti membutuhkan andil manusia lainnya. Tentu saja, karena andi libu-bapaknya lah dia hidup dan lahir ke dunia. #iniapa #pernyataan sama permisalan gak nyambung#
Mulai deh -_- *padahal masih muqodimah*.Ya intinya mah manusia makhluk sosial lah, yang membutuhkan orang lain. Tapi, terlepas dari makhluk sosial, ada kalanya manusia membutuhkan waktu sendiri tanpa kehadiran orang lain disekelilingnya. Gak selamanya juga, ini hanya untuk sementara waktu aja ya. Kalo lama-lama sendiri juga saya yakin, dia gak bakal kuat. #curhat
Di saat-saat sendiri itulah ‘terkadang’ atau bahkan…‘seringkali’ muncul memori tentang hal-hal bodoh yang semestinya gak perlu dilakukan di masa lalu. Mungkin saat-saat itu pernah membuatmu depresi berat tapi di kemudian hari semuanya malah jadi bahan tertawaan.Well, nobody knows how you felt at that time. What theyknow was onlyhow stupid you were. Mereka gak ngerasain segimana berdarahnya proses memalukan itu.
Di sisi lain, berbicara sama diri sendiri juga bisa membuatmu mempelajari arti hidup. Ada semacam energi yang kita dapat. Entah itu semangat hidup, entah itu cita-cita baru, atau hasrat untuk memberi tahu pada orang lain kalau ‘hidup lo itu gak seburuk yang lo kira’, ‘hidup ini dibawa enjoy aja’. Toh semua ini hanya sementara. Begitu….
Eh, ngomongin tentang talking to my self, saya boleh kan berbagi pikiran tentang hal-hal apa aja yang muncul ketika saya bersendiri? #ya boleh lah, blog-blog siapa yang nulis-nulis siapa, suka-suka aja dah# ngapain sih, nanya sendiri, jawab sendiri, pusing tau bacanya# iya…iya… ampun# timpukin donat#
Sebenarnya ada banyak hal sih yang muncul ketika saya bersendiri. Biasanya gak cuma satu.Tapi, mari coba kita bahas yang ini dulu ya…
.
Suatu waktu saya merasa GGS tingkat mahabarata alias Gelisah Galau Stadium empat. Alay memang bacanya, tapi… ya begitu adanya. Otak saya udah stak. Hidup enggan, tapi mati juga takut-takut.Gara-garanya sih sepele, sebatas masalah skripsi yang gak selesai-selesai.Bulak-balik dosen yang didapet cuma tanda merah di muka.
Kalian pernah gak sih ngerasa malu + marah jadi satu? Saya pernah. Bahkan saking saya gak kuatnya, saat itu saya udah berasa kayak gak punya mulut lah, ngomong aja gak bisa. Tau-tau air mata udah meluncur deras aja. You know? Nangis tepat di depan muka dosen-dosen #ingat, dosen-dosen berarti gak hanya satu dosen#, udah kaya harga diri tuh hanyut di Samudra Hindia terus ditelan Paus Biru hidup-hidup. Ya pokoknya begitulah. Nyesek.
Itu pas keluar ruangan dosen, rasanya pengen langsung terjun tuh dari lantai tiga. Saat itu saya mikir, I just want to finish myself. Ngerasa gak guna banget hidup di dunia#astaghfirullah#. Pikiran kosong, jiwa sama raga gagal singkron gitu. Kalau orang liat mungkin udah kayak zombie. Alhamdulillah nya waktu itu masih punya iman. Sampai sekarang gak pernah ada kan, berita seorang mahasiswi mati bunuh diri terjun bebas di kampus setelah konsultasi dengan dosen? Lah orang dia sekarang baik-baik aja duduk manis depan leptop lagi nyertain kebodohannya di masa lalu.
Ya atuh coba bayangin aja kalau waktu itu saya beneran mengakhiri hidup. Apakabar hidup keluarga saya sekarang. Pasti sedih banget, kenapa punya anak senekat itu mengakhiri hidup gara-gara tugas akhir doang. Belum temen-temennya, dosen-dosennya, orang-orang yang ada disekelillingnya. Pasti syok lah. Saya mah gak bakal tega melakukan hal bodoh kayak begitu. Kalau saya bunuh diri sama aja kayak masuk neraka pake jalan pintas. Ih naudzubillahi min dzaalik. Jalan ke syurga aja perjuangannya panjang banget. Masa ini tiba-tiba berhenti ditengah jalan, milih nyungsep neraka pula… kan sia-sia banget itu hidup.
Kalau dipikir-pikir, sekarang, setelah kejadian itu terlewat. Ngapain sih nangis depan dosen? Sampai mau mengakhiri hidup segala. Toh emang yang salah saya, gitu kan. Apa yang waktu itu dosen saya omongin emang bener adanya. Wejangannya itu sangat membangun malah.
Ya terus ngapain nangis?Mungkin nangis itu hanya pelampiasan kesel aja sih.Ya gimana gak nangis, itu hasil kerja 3 hari - 3 malem dengan sedikit tidur dan banyak frustasi, gak ada pencerahan. Eh pas ngadep, hasil jerih payah itu disia-siakan, mental breakdown langsung itu mah. #baper lagi kan# deeeeuh#
.
Okeskip.Kita cukupkan sekian.Kalau dilanjut takut melebar ke arah lainnya yang bisa saja membahayakan nyawa dan kehidupan diri saya sendiri. Segitu baper dan melekatnya kejadian itu sampai gak bisa ilang dari alam bawah sadar saya. Tapi alhamdulillah sekarang saya sudah berdamai dengan masa itu. Memaafkan dan meikhlaskan masa-masa terpuruk itu, lha wong udah lewat, ngapain masih diambil hati. Show must go on kan? Kalau kata anak jaman sekarang mah… Move on!!!
Warbyasah…. Kalo inget kata-kata itu merasa terberkati lah hidup ini. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Begitu banyak nikmat yang kita dapatkan tapi di saat yang sama kita malah lupa untuk mensyukurinya. Dibalik kebodohan itu, dibalik penderitaan yang saat itu saya rasakan. Banyak hal yang pantas saya syukuri.
Alhamdulillah… Saya mendapat lingkungan yang subhanallah banget. Di sana terdapat teman-teman seperjuangan yang senantiasa saling menguatkan. Bukan sekedar menjadi tempat melepas lelah, tapi juga menjadi tempat mengisi ulang hati yang kekeringan. Support mereka berdampak banget lah sama kehidupan saya. Gak kebayang deh kalau disaat terpuruk gak ada yang peduli sama sekali. Itu sendirian di kamar kosan udah jadi kulit kuaci kali. *Habis digigit, diludahin, terus dibuang*
Jadi ingat omongan seorang teman, -sebutlah dia Mba Presiden-.Dia pernah bilang gini, ‘Kalian sesama tetangga kamar itu harus care, kalo mau makan diajakin, kalo ada yang sedih dihibur, kalo ada yang curhat dindengerin, kalo ada yang belum sholat diingetin, jangan lempeng-lempeng aja. Karena kalau ada apa-apa yang pertamakali akan bertindak dan kena dampaknya adalah kalian, tetangga kamarnya, bukan siapa-siapa.’ Gitu…
Alhamdulillah setelah kejadian itu saya jadi bisa pulang kampung dengan alasan ‘butuh pencerahan’. Di rumah banyak banget hal yang saya dapat. Kasih sayang orangtua itu memberi semangat lebih. Gak ada tuh yang namanya kata menyerah, karena ketika mengatakan bahwa saya menyerah, akan ada dua orang yang terluka, kecewa. Saya gak mau  ngeliat mereka sedih. Finally, after I filled up my energy, I went back to the campus and finished my script. It went faster than what I could have imangined. Unpredictable. But, it was all about hardwork, spirit, and support. Doa orang tua itu mustajab banget. I love my parents sooooo much.
.
Nah begitulah fren… Menyendiri itu seru kan? Berbicara sama diri sendiri itu segitu pentingnya loh *buat saya*. Dari satu kejadian bodoh di masa lalu saja bisa membuat saya belajar banyak tentang arti kehidupan. Dari satu kejadian saja bisa nyambungin ke berbagai setting waktu & tempat, mengingat banyak kebaikan orang, dan bisa lebih mensyukuri hidup. Ya kan?
Meskipun begitu, jangan kebanyakan menyendiri juga temans... Karena masih banyak hal yang bisa kamu eksplor bersama keluarga dan teman-temanmu di luar sana. Semua masalah bisa terpecahkan. Insyaallah. Kalian yang sekarang lagi merasa depresi jangan pernah pengen bunuh diri. Ingat masih ada Allah yang merencanakan hal indah buat kamu. Yakin.
Kata orang bijak, ‘Semua akan terlewati.’ Semua yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, kesedihan yang kini kamu alami, jangan diratapi, semua itu akan terlewati. Begitupun dengan kebahagiaan, jangan biarkan ia membuatmu terlena, karena itu pun hanya berlaku sementara. Laa tusrifu, bersedih dan bergembiralah sewajarnya.

-- Sorry sebelumnya kalau tulisan ini bahasanya campur aduk banget. Soalnya, saya tuh kalo nulis sangat dipengaruhi oleh suasana hati.Kalian tau gak sih kalo saya tuh orangnya moody tingkat dewa? Enggak ya, oke dengan membaca ini kalian jadi tau kan. Tapi tenang, mulai saat ini saya gak akan nulis menggunakan bahasa gue-elu lagi. #kecuali dikondisi tertentu mungkin akan muncul#tuh kan labil#
Yah, belajar untuk menjadi lebih baik lah intinya mah. Dan insyaallah bahasanya tetep gak akan baku-baku banget. Biar ringan aja gitu dibacanya. Hidup ini udah cukup berat dilakoni, masa iya mau ditambah pake bahasa yang berat lagi, kasian sama diri saya sendiri sih. #iniapa
Just for your information, pas lagi nulis tulisan ini, saya lagi pengen diajak ngobrol pake bahasa Inggris. Jadi ada bagian yang rada-rada bule gitu bahasanya *dan gak jelas*. Makanya sempet dieditin sama dedek nung... (my nephew). Yah lumayan lah dikit-dikit meng-upgrade kemampuan bahasa Inggris saya.Minimal buat conversation. Ya siapa tahu kan, suatu saat nanti saya go aboard dan hal ecek-ecek kayak begini jadi berguna. Walaupun gak mungkin juga ntar saya ngobrol pake bahasa Inggris kemudian dicampur bahasa Indonesia. Hahahahalah.
Thanks for reading. Semoga bermanfaat. Ma’assalaamah!!!--

6 komentar:

  1. Introvert detected, hehe.. semangat Mba! Keren tulisannya. Kita emang butuh banget bicara dengan diri kita sendiri. Tapi mudah2an saat kita bicara dengan diri sendiri, yg bersuara adalah hati, bukan nafsu:)

    Ditunggu tulisan selanjutnya..

    BalasHapus
  2. ringan, unik, penuh ekspresi,
    saya tidak seperti memabaca tapi seperti sipenulis ada di hadapan saya dan bicara langsung dengan tulisan yang diatas
    keren...
    "write from your heart
    write from your soul...
    make the best of your talent
    and don't ever let it go
    not for anything....."

    BalasHapus
  3. Saraaaaah... Akhirnya aku mampir juga kesini.. ngeblog walking dulu sejenak.. Tulisanmu ekspresimu..

    BalasHapus