Hello everybody!!!! Kumaha, daramang sadayana?
Ada yang kangen sama tulisan saya
gak sih? Ngaku aja, pasti ada lah ya, kalo engga, ya gak mungkin kalian baca
postingan ini. Nah sebelum dilanjut ke tahap yang lebih serius…. First of all,let me ask yo. *biar mirip
pembawa-pembawa acara gitu* Ok, pertanyaannya adalah….
“Kamu, lebih sering mana, bicara sama diri sendiri atau diskusi sama
orang lain?”
*kirim jawaban kamu via twitter
dengan mensyen @sainspieople atau ke facebook.com/saionew.shinees dengan hesteg
#mauajadikerjain karena tidak akan ada hadiah yang menanti anda*
.krik.
.krik.
*Abaikan* Baiklah, gak usah
berlama-lama. Menurut hasil survey yang telah saya lakukan di dalam kepala
saya sendiri*gubrak*. Kayaknya sih
kebanyakan kita akan menjawab ‘talking
with myself’. Ya kan? Haahahhahaa…. #hebohsama jawaban sendiri#
Why???
Because every day we always ask our self about, what we should do, what
we should wear, and what we should …else. #ngobrol sok Inggris di depan
kaca#plis ini apa#
Mamang Aristoteles pernah bilang,
manusia itu adalah makhluk sosial, yang gak bisa hidup tanpa kehadiran orang
lain. Saya setuju nih sama pernyataan itu. Karena tanpa orang lain, kamu gak
bisa ngapa-ngapain lah di dunia. Percaya deh. Sebisa-bisanya manusia hidup
sendiri, pasti ada campur tangan orang lain didalamnya. Bahkan seorang Tarzan
pun yang hidup ditengah hutan belantara seorang diri, pasti membutuhkan andil
manusia lainnya. Tentu saja, karena andi libu-bapaknya lah dia hidup dan lahir ke
dunia. #iniapa #pernyataan sama permisalan gak nyambung#
Mulai deh -_- *padahal masih
muqodimah*.Ya intinya mah manusia makhluk sosial lah, yang membutuhkan orang
lain. Tapi, terlepas dari makhluk sosial, ada kalanya manusia membutuhkan waktu
sendiri tanpa kehadiran orang lain disekelilingnya. Gak selamanya juga, ini
hanya untuk sementara waktu aja ya. Kalo lama-lama sendiri juga saya yakin, dia
gak bakal kuat. #curhat
Di saat-saat sendiri itulah
‘terkadang’ atau bahkan…‘seringkali’ muncul memori tentang hal-hal bodoh yang
semestinya gak perlu dilakukan di masa lalu. Mungkin saat-saat itu pernah
membuatmu depresi berat tapi di kemudian hari semuanya malah jadi bahan
tertawaan.Well, nobody knows how you felt
at that time. What theyknow was onlyhow stupid you were. Mereka gak
ngerasain segimana berdarahnya proses memalukan itu.
Di sisi lain, berbicara sama diri
sendiri juga bisa membuatmu mempelajari arti hidup. Ada semacam energi yang kita
dapat. Entah itu semangat hidup, entah itu cita-cita baru, atau hasrat untuk
memberi tahu pada orang lain kalau ‘hidup lo itu gak seburuk yang lo kira’,
‘hidup ini dibawa enjoy aja’. Toh
semua ini hanya sementara. Begitu….
Eh, ngomongin tentang talking to my self, saya boleh kan
berbagi pikiran tentang hal-hal apa aja yang muncul ketika saya bersendiri? #ya
boleh lah, blog-blog siapa yang nulis-nulis siapa, suka-suka aja dah# ngapain
sih, nanya sendiri, jawab sendiri, pusing tau bacanya# iya…iya… ampun# timpukin
donat#
Sebenarnya ada banyak hal sih yang
muncul ketika saya bersendiri. Biasanya gak cuma satu.Tapi, mari coba kita bahas
yang ini dulu ya…
.
Suatu waktu saya merasa GGS tingkat
mahabarata alias Gelisah Galau Stadium empat. Alay memang bacanya, tapi…
ya begitu adanya. Otak saya udah stak. Hidup enggan, tapi mati juga
takut-takut.Gara-garanya sih sepele, sebatas masalah skripsi yang gak
selesai-selesai.Bulak-balik dosen yang didapet cuma tanda merah di muka.
Kalian pernah gak sih ngerasa malu
+ marah jadi satu? Saya pernah. Bahkan saking saya gak kuatnya, saat itu saya udah
berasa kayak gak punya mulut lah, ngomong aja gak bisa. Tau-tau air mata udah
meluncur deras aja. You know? Nangis
tepat di depan muka dosen-dosen #ingat, dosen-dosen
berarti gak hanya satu dosen#, udah kaya harga diri tuh hanyut di Samudra
Hindia terus ditelan Paus Biru hidup-hidup. Ya pokoknya begitulah. Nyesek.
Itu pas keluar ruangan dosen,
rasanya pengen langsung terjun tuh dari lantai tiga. Saat itu saya mikir, I just want to finish myself. Ngerasa
gak guna banget hidup di dunia#astaghfirullah#. Pikiran kosong, jiwa sama raga
gagal singkron gitu. Kalau orang liat mungkin udah kayak zombie. Alhamdulillah nya waktu itu masih punya iman. Sampai sekarang
gak pernah ada kan, berita seorang mahasiswi mati bunuh diri terjun bebas di
kampus setelah konsultasi dengan dosen? Lah orang dia sekarang baik-baik aja
duduk manis depan leptop lagi nyertain kebodohannya di masa lalu.
Ya atuh coba bayangin aja kalau
waktu itu saya beneran mengakhiri hidup. Apakabar hidup keluarga saya
sekarang. Pasti sedih banget, kenapa punya anak senekat itu mengakhiri hidup
gara-gara tugas akhir doang. Belum temen-temennya, dosen-dosennya, orang-orang
yang ada disekelillingnya. Pasti syok lah. Saya mah gak bakal tega melakukan hal
bodoh kayak begitu. Kalau saya bunuh diri sama aja kayak masuk neraka pake
jalan pintas. Ih naudzubillahi min
dzaalik. Jalan ke syurga aja perjuangannya panjang banget. Masa ini
tiba-tiba berhenti ditengah jalan, milih nyungsep neraka pula… kan sia-sia
banget itu hidup.
Kalau dipikir-pikir, sekarang,
setelah kejadian itu terlewat. Ngapain sih nangis depan dosen? Sampai mau mengakhiri
hidup segala. Toh emang yang salah saya, gitu kan. Apa yang waktu itu dosen
saya omongin emang bener adanya. Wejangannya itu sangat membangun malah.
Ya terus ngapain nangis?Mungkin
nangis itu hanya pelampiasan kesel aja sih.Ya gimana gak nangis, itu hasil
kerja 3 hari - 3 malem dengan sedikit tidur dan banyak frustasi, gak ada
pencerahan. Eh pas ngadep, hasil jerih payah itu disia-siakan, mental breakdown langsung itu mah.
#baper lagi kan# deeeeuh#
.
Okeskip.Kita cukupkan sekian.Kalau
dilanjut takut melebar ke arah lainnya yang bisa saja membahayakan nyawa dan
kehidupan diri saya sendiri. Segitu baper dan melekatnya kejadian itu sampai gak
bisa ilang dari alam bawah sadar saya. Tapi alhamdulillah sekarang saya sudah
berdamai dengan masa itu. Memaafkan dan meikhlaskan masa-masa terpuruk itu, lha wong udah lewat, ngapain masih
diambil hati. Show must go on kan?
Kalau kata anak jaman sekarang mah… Move
on!!!
Warbyasah…. Kalo inget kata-kata
itu merasa terberkati lah hidup ini. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan? Begitu banyak nikmat yang kita dapatkan tapi di saat yang sama kita
malah lupa untuk mensyukurinya. Dibalik kebodohan itu, dibalik penderitaan yang
saat itu saya rasakan. Banyak hal yang pantas saya syukuri.
Alhamdulillah… Saya mendapat lingkungan yang
subhanallah banget. Di sana terdapat teman-teman seperjuangan yang senantiasa
saling menguatkan. Bukan sekedar menjadi tempat melepas lelah, tapi juga
menjadi tempat mengisi ulang hati yang kekeringan. Support mereka berdampak
banget lah sama kehidupan saya. Gak kebayang deh kalau disaat terpuruk gak ada
yang peduli sama sekali. Itu sendirian di kamar kosan udah jadi kulit
kuaci kali. *Habis digigit, diludahin, terus dibuang*
Jadi ingat omongan seorang teman,
-sebutlah dia Mba Presiden-.Dia pernah bilang gini, ‘Kalian sesama tetangga
kamar itu harus care, kalo mau makan
diajakin, kalo ada yang sedih dihibur, kalo ada yang curhat dindengerin, kalo
ada yang belum sholat diingetin, jangan lempeng-lempeng aja. Karena kalau ada
apa-apa yang pertamakali akan bertindak dan kena dampaknya adalah kalian,
tetangga kamarnya, bukan siapa-siapa.’ Gitu…
Alhamdulillah setelah kejadian itu
saya jadi bisa pulang kampung dengan alasan ‘butuh pencerahan’. Di rumah banyak
banget hal yang saya dapat. Kasih sayang orangtua itu memberi semangat lebih. Gak
ada tuh yang namanya kata menyerah, karena ketika mengatakan bahwa saya
menyerah, akan ada dua orang yang terluka, kecewa. Saya gak mau ngeliat mereka sedih. Finally, after I filled up my energy, I went back to the campus and
finished my script. It went faster than what I could have imangined.
Unpredictable. But, it was all about hardwork, spirit, and support. Doa
orang tua itu mustajab banget. I love my
parents sooooo much.
.
Nah begitulah fren… Menyendiri itu
seru kan? Berbicara sama diri sendiri itu segitu pentingnya loh *buat saya*. Dari
satu kejadian bodoh di masa lalu saja bisa membuat saya belajar banyak tentang
arti kehidupan. Dari satu kejadian saja bisa nyambungin ke berbagai setting waktu & tempat, mengingat
banyak kebaikan orang, dan bisa lebih mensyukuri hidup. Ya kan?
Meskipun begitu, jangan kebanyakan
menyendiri juga temans... Karena masih banyak hal yang bisa kamu eksplor
bersama keluarga dan teman-temanmu di luar sana. Semua masalah bisa
terpecahkan. Insyaallah. Kalian yang sekarang lagi merasa depresi jangan pernah
pengen bunuh diri. Ingat masih ada Allah yang merencanakan hal indah buat
kamu. Yakin.
Kata orang bijak, ‘Semua akan
terlewati.’ Semua yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, kesedihan yang
kini kamu alami, jangan diratapi, semua itu akan terlewati. Begitupun dengan
kebahagiaan, jangan biarkan ia membuatmu terlena, karena itu pun hanya berlaku
sementara. Laa tusrifu, bersedih dan
bergembiralah sewajarnya.
-- Sorry sebelumnya kalau tulisan ini
bahasanya campur aduk banget. Soalnya, saya tuh kalo nulis sangat dipengaruhi
oleh suasana hati.Kalian tau gak sih kalo saya tuh orangnya moody tingkat dewa? Enggak ya, oke
dengan membaca ini kalian jadi tau kan. Tapi tenang, mulai saat ini saya gak
akan nulis menggunakan bahasa gue-elu lagi. #kecuali dikondisi tertentu mungkin
akan muncul#tuh kan labil#
Yah,
belajar untuk menjadi lebih baik lah intinya mah. Dan insyaallah bahasanya tetep gak akan baku-baku banget. Biar ringan
aja gitu dibacanya. Hidup ini udah cukup berat dilakoni, masa iya mau ditambah
pake bahasa yang berat lagi, kasian sama diri saya sendiri sih. #iniapa
Just for your information, pas lagi nulis tulisan ini, saya
lagi pengen diajak ngobrol pake bahasa Inggris. Jadi ada bagian yang rada-rada bule gitu bahasanya *dan gak
jelas*. Makanya sempet dieditin sama dedek nung... (my nephew). Yah lumayan lah dikit-dikit meng-upgrade
kemampuan bahasa Inggris saya.Minimal buat conversation.
Ya siapa tahu kan, suatu saat nanti saya go
aboard dan hal ecek-ecek kayak
begini jadi berguna. Walaupun gak mungkin juga ntar saya ngobrol pake bahasa
Inggris kemudian dicampur bahasa Indonesia. Hahahahalah.
Thanks for reading. Semoga bermanfaat.
Ma’assalaamah!!!--
Introvert detected, hehe.. semangat Mba! Keren tulisannya. Kita emang butuh banget bicara dengan diri kita sendiri. Tapi mudah2an saat kita bicara dengan diri sendiri, yg bersuara adalah hati, bukan nafsu:)
BalasHapusDitunggu tulisan selanjutnya..
Udah ada tuh tulisan terbarunya. Btw... Thx
Hapusringan, unik, penuh ekspresi,
BalasHapussaya tidak seperti memabaca tapi seperti sipenulis ada di hadapan saya dan bicara langsung dengan tulisan yang diatas
keren...
"write from your heart
write from your soul...
make the best of your talent
and don't ever let it go
not for anything....."
Oh ya? Apakah kita pernah bertem?
HapusSaraaaaah... Akhirnya aku mampir juga kesini.. ngeblog walking dulu sejenak.. Tulisanmu ekspresimu..
BalasHapusCoba tebak, ekspresi aku kek mana?
Hapus