Assalamu’alaikum yorobuun~~
How are you? Semoga selalu
dalam keadaan sehat dan bahagia. Aamiin…
Buat kalian yang baca tulisan ini
di hp sambil rebahan, denger musik/radio, santai-santai di rumah, nikmatilah,
meskipun ada rasa bosan #dirumahaja tapi tetaplah bersyukur, konten ini insya Allah ada isinya. Siap menikmati? Okesip
Allright, hari ini saya
akan mengangkat suatu wacana yang mungkin kalian udah bosen buat baca atau
denger ceritanya. Saya yakin kalian kayaknya udah tau juga apa yang akan saya tuliskan.
Yup’s, it is about COPID SalapanBelas.
Ini himbauan ya guys… Jika
kalian sudah enek membaca postingan berbau-bau virus ini, saya sarankan untuk
segera meng-close tab / jendela anda, karena tulisan ini jelas akan membahas
itu. Tapi sebelum dipencet tombol x nya, plis skrol sampai akhir, baca bagian akhir aja gpp, karena saya ingin sekali temen-temen baca bagian itu. Jadi kalau ada yang mau baca full ya monggo disimak~
***
Ok guys, sebenarnya saya udah
pengen nulis ini dari lama, cuma kok kayanya belom sempet-sempet gitu. Alhamdulillah
sekarang saya ada kesempatan. Nah, seperti yang kita semua tau, sekarang wabah
korona ini lagi fenomenal banget di dunia. Apalagi akhir-akhir ini Indonesia
digegerkan dengan penyebarannya yang fantastis, sampai rupiah pun anjloknya
fantastis. Well, sedikit make sense juga sih. Karena mau
bagaimana pun dampak virus ini udah
level global, apalagi di negara +62 santuy penuh drama perpolitikan, wajar lah si
rupiah merana.
Frist of all, saya mau sedikit
spoiler tentang apa aja yang akan dibahas ditulisan ini. Poinnya cuma ada
4 sih, pertama tentang kondisi korona saat ini, kedua kebijakan pemerintah, ketiga
pandangan saya secara umum, keempat what should we do?
Baiklah, kita langsung masuk poin pertama yaitu, “kondisi korona
sekarang, apa kabar?”
Jadi gini, penyebaran virus Copid
19 di Indonesia saat ini peningkatannya melonjak drastis. Dalam 2 pekan terakhir,
kasus pasien yang dinyatakan positif nyaris mencapai angka 400 jiwa, dan yang
meninggal pun sudah mencapai 30 orang lebih. Ini cukup mencengangkan. Di negara
asal munculnya virus ini, jumlah korbannya kian menurun dan banyak juga pasien
yang dinyatakan sembuh. Bahkan, berita gembiranya mereka sudah menemukan vaksin
virus ini (dan 5000pc langsung dibooking sama +62). Negara tetangga China sendiri
seperti Korea & Jepang, juga sudah mulai menurun penyebarannya (jika dibandingkan
dengan pekan sebelum-sebelumnya). Meski begitu, di berbagai belahan negara di
dunia, jumlah jiwa yang terjangkit terus bertambah, terutama di Benua Eropa.
Beberapa negara sudah memberlakukan
lock down nasional, termasuk negara tetangga kita Malaysia dan Singapura.
Lock down ini dilakukan untuk memperlambat / memotong penyebaran virus. Jadi,
aktivitas masyarakat dibatasi, seperti tidak keluar masuk kawasan secara bebas –baik
menggunakan kendaraan umum maupun pribadi, lalu mereka dianjurkan untuk
melakukan aktivitas di rumah saja, baik itu bekerja, sekolah, dan aktivitas
sejenisnya. Selain itu mereka juga disarankan untuk melakukan social distancing
(pen-jarak-an), artinya membatasi aktivitas berkumpul/mengumpulkan orang dalam
jumlah banyak.
Masuk poin ke dua. Kebijakan apa
yang sudah pemerintah kita lakukan? Sejauh ini, di Indonesia belum diberlakukan
lock down nasional. Paling yang lagi hits sekarang ini adalah
pengecekan secara acak. Beberapa daerah yang memiliki pasien positif atau dalam
pantauan dan penanganan, diberi himbauan untuk melakukan social distancing
(dan beberapa langkah lain yang mirip lock down juga sih sebetulnya). Katanya
pemerintah daerah tidak berhak menentukan lock down, hanya atas izin
pemerintah pusat saja bolehnya. Jadi sementara ini baru Jakarta yang pemerintah
daerahnya memberlakukan lock down area. Karena persebaran korona di
Jakarta ini memang yang paling tinggi di Indonesia.
Pemberlakuan lock down
memang bukan satu-satu cara untuk memutus rantai penyebaran virus ini. Dari awal
datangnya Covid 19 ke Indonesia, pemerintah sudah menyarankan untuk menjaga
kesehatan dengan cara melakukan PHBS, yaitu Pola Hidup Bersih dan Sehat. Dan hal
ini memang yang paling penting dilakukan. PHBS sampai saat ini masih sangat
gencar disosialisasikan. Mengingat banyak warga +62 menganggap kebersihan belum
menjadi hal yang penting.
Sepekan terakhir, sekolah dan
beberapa tempat kerja sudah mulai memberlakukan kegiatan School & Work Form Home. Diberlakukannya
kegiatan ini sesuai dengan surat putusan Kepala Daerah dan Kemendikbud. Dengan adanya
putusan ini membuat para guru memutar otak untuk merancang pembelajaran di
rumah agar tetap terlaksana, menarik dan pastinya terpantau.
Baiklah, kita langsung masuk ke
poin tiga untuk menyambung pemaparan di atas.
Sebagai seorang guru, biasanya kan
saya bisa langsung berinteraksi dengan para murid saat belajar di kelas, lalu kemudian
harus dipisahkan dengan jarak dan waktu, di situ saya merasakan apa itu kehampaan
& kehilangan. Ruh yang biasa dibangun setiap pagi oleh dzikir pagi bersama
anak-anak, kini menyisakan ruang. Berat memang, tapi sebisa mungkin kami tetap
melakukan touching pada mereka, meski kami sadari itu belum maksimal.
Di sisi lain, orang tua siswa
cukup dibuat kelimpungan dengan tugas-tugas sekolah anaknya. Karena saat ini, mereka
tak hanya melakukan kegiatan rumahan yang biasa dilakukan, tapi juga harus
meluangkan waktu untuk mendampingi anak-anaknya, apalagi yang memiliki anak
lebih dari satu atau mereka yang biasanya bekerja di luar rumah. Tentu ini
bukanlah hal yang mudah.
Begitupula dengan anak-anak, yang
biasa bebas eksplor di sekolah, kini hanya berdiam diri di rumah, mengerjakan
tugas sendiri, tanpa teman, dan itu membuat mereka bosan.
Kendala yang muncul dari wabah
ini memanglah tidak sedikit. Saya sendiri sebagai guru merasa bahwa waktu bekerja
di rumah itu menjadi lebih, alias overtime (mungkin ini saya saja ya,
tidak perlu digeneralkan). Tidak dapat di pungkiri, karena semua serba online,
serba layar, serba gawai –rd. gadget, otomatis itu membuat mata lelah (dari
situ saya jadi tau gimana keseharian kerja mimin-mimin onlensop).
Setiap penugasan disetorkan dalam
bentuk digital, hal ini tentu perlu pengecekan berkesinambungan. Belum lagi jika
ada keluh-kesah dan pertanyaan orang tua, gak mungkin juga kan kita biarin,
pasti perlu ada tanggapan. Tapi ada juga sih yang cuek sama tugas anaknya,
ngumpulin engga, konfirmasi engga, bahkan kabar keberadaannya aja ya gitu deh,
gatau dimana. #maaf curcol.
Ok, kita skip aja ke
cerita selanjutnya. Next…
Itu semua serba-serbi dilema yang
saya alami. Setiap orang dengan profesi dan kondisi berbeda juga pastinya memiliki
kendala masing-masing. Ada yang dengan mudah dapat mengisolasi diri sesuai instruksi,
ada juga yang bahkan tidak peduli dengan instruksi tersebut. Bukan, bukan karena
tidak ingin, tapi lebih karena keadaan.
Pernah saya mendengar cerita
seorang pedagang asongan. “Kalo saya ikutan instruksi disuruh diem di rumah,
terus saya dapet uang dari mana? Mau makan gimana?” Terus saya mikir, iya juga
ya, sumber penghasilan mereka kan dari sini. Ini adalah sebuah dilema. Di satu
sisi dia perlu bekerja untuk makan, di sisi lainnya ia bisa jadi ‘agen’
penyebaran virus, bahkan menjadi korban.
Lain halnya dengan para tenaga
medis. Mereka para garda terdepan pelawan wabah penyakit ini. Banyak dari
mereka mensosialisasikan pada masyarakat agar #dirumahaja. “Kami bekerja di
sini untuk kalian, kalian tetap di rumah untuk kami”. Kurang lebih begitulah
kata-katanya. Kalau dipikir-pikir iya juga sih.
Tenaga medis yang sekarang berada di rumah
sakit, klinik, dan puskesmas tentu tidak semuanya menangani wabah ini. Tapi
jika wabah terus merebak, tenaga medis pun konsentrasinya akan terpecah. Dan ini
tentu membutuhkan effort lebih. Melihat foto-foto mereka yang menangani
pasien Covid 19 yang sekarang saja saya merasa prihatin. Ditambah dengan
kesediaan Alat Pengaman Diri (APD), masker, handsanitizer yang kian langka. Sedih
akutuh.
Itulah dilema wabah Covid 19 di
negara +62. Mungkin itu juga yang membuat pemerintah pusat berlarut-larut untuk
melakukan lock down nasional. Tapi mau sampai kapan? Karena kalau benar pemerintah
memutuskan lock down nasional, otomatis para rakyat kecil dan
teman-temannya harus mereka “beri makan”. Dan kalau terus berlangsung seperti
ini, Menkes bahkan memprediksikan 700.000 orang bisa jadi sudah terdampak
korona.
Terus aku harus gimana?
Di saat seperti ini, di saat WHO
sudah menyatakan bahwa Covid 19 adalah pendemik global, semua orang harus bisa
menganggap dirinya sudah terinveksi virus tersebut. Walaupun pada kenyataannya
tidak—terlihat. Tapi kita perlu mengisolasi diri agar penyebarannya terus
berkurang. Selalu lakukan PHBS, jaga imunitas tubuh, ikuti instruksi pemerintah
dan ijtima ulama. Jangan ngeyel. Apalagi ijtima ulama.
Mungkin bagi sebagian orang,
mereka beranggapan, “kan lebih baik di masjid sholatnya, berjamaah, jumatan,
kajian, dll. Masa masjid dibiarkan kosong?” okay…. Tarik napas….. hembuskan….
(lakukan 3 kali) Jadi gini loh guys… Sekelas Masjidil Haram dan Nabawi saja,
para imam besarnya sudah membatasi beraktivitas disana. Apalah kita, yang fakir
ilmu ini. Tinggal ngikut putusan ulama aja ya kok banyak alasannya. Para ulama
juga gak mungkin memutuskan suatu perkara tanpa ilmu. Ya kan?
So, lakukan aja yang kita bisa. Semampunya.
Kita memang tidak boleh terlalu panik dan parno, tapi kita juga tidak boleh
menganggap enteng.
Begitulah teman-teman…. Selalu ada
hikmah dalam suatu musibah kan. Penyebaran wabah ini tidak serta-merta terjadi
begitu saja, tanpa seizin Allah. Banyak keluhan yang kita alami, tapi coba
ambil hal positif yang bisa kita ambil. Dengan belajar/ bekerja di rumah, akan ada
ikatan yang lebih kuat antar anggota keluarga. Tak jarang, seorang anak ‘merasa’
bertemu orangtuanya hanya di waktu akhir pekan saja, karena mereka pergi bekerja
sebelum anaknya bangun dan pulang setelah anaknya tertidur.
Dengan adanya wabah ini, juga mengingatkan
kita akan saudara kita yang ada di Palestina, Suriah, Iraq, Iran, India, Rohingya,
China dan belahan bumi lain yang kesehariannya di isolasi. Jadi rasanya gimana?
Kita sekarang masih bisa santai di rumah tanpa takut ada roket nyasar, atau
tiba-tiba orang-orang dzolim menghancurkan rumah dan menganiaya keluarga kita. Kita
masih harus lebih banyak bersyukur daripada mengeluh.
Terakhir… ayo kita hamparkan
sajadah, banyak bersimpuh, banyak memohon kepada Dia yang mengizinkan semua ini
terjadi. Kita semua punya rencana, tapi yakin aja… Rencana Allah itu yang terbaik.
Kita gak tau ada rahasia besar apa di balik merebaknya wabah ini. Semoga kita bisa
semakin tunduk dan yakin atas segala ketetapan Allah. Semoga dengan adanya
musibah ini, kita semakin dekat dengan Sang Kholiq. Semoga dengan kejadian ini,
jiwa-jiwa kita yang dulu pernah mengeras, perlahan menjadi lunak kembali, mata
hati kita yang dulu tertutup bisa kian terbuka.
Ok Guys, sekian cerita kegelisahan
tentang hal-hal apa aja yang seringkali berkeliaran di otak saya selama #dirumahaja.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Jaga terus kesehatan kita ya manteman. Galakan PHBS
every day- every where- every way. And for the last, lets pray together.
***
Ya Allah, Ya Robbi… kami memohon
pada-Mu… lindungi negeri ini dari berbagai macam marabahaya dan bencana,
lindungi negeri kami Indonesia, dari wabah penyakit yang mematikan. Ya Rabb.. Engkau
yang Maha Pengasih, limpahkan rahmat dan kasih sayang-Mu pada kami semua. Ya
Allah Ya Ghofuur… ampunilah segala dosa dan kekhilafan para pemimpin kami,
ampuni dan rahmatilah para ulama kami, tunjukkanlah kami jalan yang Engkau
ridhoi.
Ya Allah… lindungi saudara-saudara
muslim kami yang teraniaya di belahan dunia manapun, kuatkan mereka Ya Qowiiy.
Ya Allah… angkatlah segala penyakit yang sedang menimpa kami maupun saudara
kami. Jemput kembali wabah virus covid-19 ini ke pangkuan-Mu. Yaa Hayyu Ya Mumiit,
Engkau yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk di jagat raya ini, jika
ada diantara kami yang Engkau panggil kembali, ridhoilah untuk meninggal dalam
keadaan husnul khotimah, bergelar syahid di dunia dan akhirat. Jika di antara
kami masih Kau izinkan hidup di dunia ini, maka ridhoilah untuk selalu hidup
dalam keimanan dan ketaatan kepada-Mu.
Ya Allah hanya pada-Mu saja kami
memohon, tiada yang dapat mengabulkannya selain Engkau Ya Mujiib. Ya… Robbal’alamiin.
***
Ok, teman-teman, terimakasih
sudah ikut berdoa dan turut mengaminkan, semoga Allah senantiasa mengabulkan
doa-doa kita. Aamiin…
Thanks for reading, stay safe,
stay healthy, dan… jangan lupa tinggalkan jejak.
Wassalamu’alaikum~ Ma’assalamah~
From_Depok, 210320_with love_@ayugai_sakura